Jumat, 04 November 2016

GOOGLE SELF-DRIVING CAR PROJECT

INTRO

Pada postingan sebelumnya, saya sudah menjelaskan mengenai Pengenalan Intelegensi Buatan. Berdasarkan web.engr.oregonstate, salah satu pengertian Teknologi adalah sebagai ilmu pengetahuan, yang membuat
proses proses teknologis (semua langkah yang berhubungan dengan keterampilan untuk lebih menyempurnakan) menjadi mungkin. Terdiri atas fakta fakta dan kumpulan prosedur yang dibutuhkan untuk mengarahkan da memanipulasi materi, energi dan informasi dan bagaimana cara untuk menemukan sarana baru untuk informasi yang serupa. 

Di zaman yang serba digital ini perkembangan teknologi tidak dapat dipungkiri lagi, bahkan saat ini sudah ada Teknologi yang dikatakan Teknologi Sistem Cerdas. Mungkin bagi sebagian orang istilah ini masih asing di telinga mereka, maka dari itu saya akan menjabarkan sedikit definisi dari Sistem
Cerda itu sendiri. Sistem cerdas menurut saya adalah kata lain dari kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan adalah ilmu rekayasa yang membuat suatu system atau mesin yang mempunyai intelegensi tertentu khususnya program tertentu khususnya program computer yang “cerdas” (John Mc Cathy, 1956).

Saat ini banyak hal yang terlihat sulit bagi kecerdasan manusia, tetapi untuk informatika terlihat relative tidak bermasalah. Seperti contoh : mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, membuat permainan catur atau Backgamon. Disisi lain, hal yang terlihat mudah bagi manusia namun sampai sekarang masih sulit direalisasikan oleh informatika, seperti pengenalan obyek muka, dan lain sebagainya. Salah satu produk dari Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan ialah Google’s Self Driving Car disingkat SDC.

GOOGLE SELF-DRIVING CAR PROJECT

Google’s Self Driving Car disingkat SDC adalah proyek Google X yang melibatkan mobil otonom dan mobil listrik yang dilengkapi perangkat lunak berteknologi terkini dari Google. Proyek ini dipimpin oleh insinyur Google, Sebastian Turan. Dia adalah mantan direktur laboratorium Stanford Artificial Intelligence dan penemu Google Street View.

Berikut saya lampirkan sebuah Video mengenai Google Self-Driving:


Beberapa waktu lalu industri otomotif terkejut dengan sebuah inovasi yang dilakukan oleh Google, ya perusahaan yang berbasis teknologi informasi itu memperkenalkan project Self Driving Car pertama mereka bahkan mungkin akan menjadi pertama di dunia. Benarkah demikian, secanggih itukah para ilmuwan Google hingga mampu mencipatkan sebuah mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa sopir? Bila benar demikian, masa depan seperti kita lihat pada film – film science fiction nampaknya akan segera terwujud.

Sebenarnya yang dilakukan oleh Google adalah menemukan formula baru dari sebuah konsep autonomous car atau mobil otonom dimana telah mulai sejak beberapa dekade lalu. Pada intinya kendaraan jenis ini bekerja dengan sebuah sistem yang memungkinkannya untuk mengetahui kondisi disekitarnya serta menjalankan sebuah kendaraan dengan sebuah sistem navigasi serta kontrol operasi mandiri tanpa bantuan atau input manusia.

Bayangkan bila suatu saat nanti kita akan menyaksikan mobil yang berjalan sendiri tanpa sentuhan atau assist sedikit pun dari manusia, sebuah hal yang selama ini cuma bisa kita saksikan pada film – film berbasis fiksi ilmiah atau film horor, hanya saja dalam versi Google ini metodenya bukanlah pada pendekatan mistis namun pure science alias bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logika.

Sedikit di luar nalar memang, namun bagi Google rasanya hampir tak ada yang mustahil, dengan sumber daya yang dimilikinya saat ini, perusahaan yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin ini membuktikan bila mereka mampu menembus batas – batas rasional dalam pengertian konvensional manusia, di bidangnya, yakni bidang teknologi digital dan internet, Google adalah penguasa, nyaris tak ada satu titik pun di muka bumi yang lolos dari jangkauan radar el grande G, “there’s no spot but the G spot” bukan hanya sebuah propaganda namun fakta tak terbantahkan saat ini.

Mobil tanpa pengemudi yang tidak melibatkan setir dan alat me
kanik lain seperti pedal gas, kopling maupun rem kembali diperkenalkan Google sebagai salah satu visi yang ingin mereka capai. Mobil tersebut dioperasikan di sekitar California dekat kantor Google di Mountain View. Mobil tersebut bisa dipanggil dengan menggunakan smartphone untuk menentukan lokasi penjemputan serta lokasi tujuan.

Semua kontrol manual dihilangkan dan hanya ada tombol start dan tombol berhenti secara darurat yang berwarna merah. Di depan penumpang disematkan sebuah layar kecil yang menunjukkan berbagai informasi seperti, kecepatan mobil, cuaca, dan lain-lain. Setelah anda sampai di tujuan, layar kecil tersebut akan menampilkan pesan yang akan mengingatkan penumpang untuk mengambil barang-barang pribadi serta berbagai pesan yang lainnya layaknya seorang sopir.

CARA KERJA GOOGLE SELF-DRIVING CAR

Pasti  setelah kalian menyimak postingan diatas, akan penasaran bagaimana cara kerja mobil pintar ini, mulai dari cara berjalan hingga berhenti, belok ke kanan atau ke kiri, bisa mengenali objek yang disekitarnya, sampai mengantar ketempat tujuan. 

Sebelum pembahasan lebih lanjut, berikut saya sematkan sebuah Video mengenai cara kerja mobil pintar ini:


Meskipun video diatas bukan merupakan tayangan dari Self-Driving Car tetapi video tersebut merupakan cara kerja dari pendahulunya yaitu Autonomous Car, perbedaannya terletak di Autonomous car ini masih melibatkan Setir dan alat mekanik lainnya (jika diperlukan), tetapi cara kerja dari Autonomous Car dengan Self-Driving Car tidak jauh berbeda.


Pada google autonomous car, terdapat banyak sensor yang masing-masing berguna sebagai sarana navigasi mobil dan detektor keadaan lingkungan berkendara seperti lalu lintas, pejalan kaki, atau pengendara lainnya. Berikut adalah contoh sensor-sensor yang digunakan pada google autonomous car: 
  1. LIDAR. merupakan suatu sensor yang terletak di atas atap mobil yang melakukan gerakan rotasi 360 derajat selama mobil berkendara secara otomatis. Cara kerja sensor ini adalah melakukan gerakan memutar untuk mendapatkan visualisasi lingkungan sekitar dalam radius 200 kaki. Dari hasil visualisasi tersebut, komputer yang di dalam mobil akan memroses data yang diperoleh untuk menghasilkan suatu peta 3d secara real time terhadap lingkungan sekitar. Dari sini komputer akan mengontrol arah gerak mobil dengan pertimbangan hasil visualisasi tadi. 

  2. Position Estimator. sensor ini diletakan di sekitar ban kendaraan. Cara kerja nya adalah mendeteksi arah gerak ban, apakah telah sesuai dengan instruksi yang diberikan, yaitu destinasi yang telah ditentukan berdasarkan peta arah yang dibentuk oleh komputer. 

  3. Video Camera. cara kerja alat ini tiada lain adalah sebagai mata kendaraan tersebut, di mana fungsi utamanya adalah untuk mendeteksi objek-objek bergerak seperti pejalan kaki atau pengendara sepeda. 

  4. RADAR. sensor radar di sini berfungsi untuk menentukan suatu objek yang mendekat atau menjauhi kendaraan. Ini merupakan suatu sensor yang lebih maju dari pada sensor parkir mobil yang kita kenal selama ini.
Tidak berbeda dengan Autonomous Car pada Self-Driving car pun juga sama


Mobil-mobil sejenisnya mungkin saat ini sedang dikembangkan oleh berbagai perusahaan elektronik seperti Samsung, Apple dan tentu saja perusahaan perusahaan mobil. Namun, hanya Google yang saat ini sudah melakukan berbagai uji coba secara nyata dan mempublikasikannya di YouTube. Untuk sementara, Google melakukan pengembangan untuk prototipe mobil tersebut di daerah Detroit.

Mobil ini menggunakan tenaga listrik yang bisa berjalan hingga 100 mil menggunakan berbagai kombinasi sensor dan software teknologi terbaru untuk mencari sendiri kondisi lingkungan di sekitarnya yang dikombinasikan dengan Google Maps dan GPS. Semua mobil dilengkapi dengan sistem navigasi satelit, radar, laser, dan camera360 derajat.

Software yang disematkan pada mobil bisa mengenali berbagai jenis objek mulai dari manusia, mobil, marka jalan, rambu-rambu, lampu lalu lintas, dan dapat mengenali berbagai hal yang ada di jalan termasuk juga pengendara sepeda dan lain-lain. Tidak hanya itu, mobil ini juga mampu mendeteksi pekerja jalan dan bisa menavigasi dengan aman mobil tersebut tanpa menyebabkan kecelakaan. Pada prototype terbaru, sensor yang disematkan pada Driverless Car mampu melihat ke segala arah hingga jarak 180 meter.

Mobil prototype baru ini tentu saja lebih lengkap dibandingkan dengan beberapa mobil yang telah di uji coba sebelumnya seperti Lexus maupun Toyota. Mobil tersebut saat ini masih dibatasi kecepatan maksimalnya hanya sebesar 40 km/jam.

Body mobil sudah dimodifikasi dan dibuat seaman mungkin di bagian depan, bemper mobil menggunakan busa, kemudian menggunakan kaca yang fleksibel agar aman untuk pejalan kaki maupun pengguna sepeda apabila terjadi kecelakaan.

TANTANGAN GOOGLE PADA SELF-DRIVING CAR

Semua project yang dibuat pasti memiliki tantangannya sendiri, dengan adanya tantangan bukan berarti hambatan dalam sebuah project, disini harus mencari solusi serta jalan terbaik yang harus kita buat untuk menghadapi tantangan tersebut. 

Tidak halnya dengan tantangan Google pada Sel-Driving Car yang dimilikinya. Google Sel-Driving Car sudah melakukan beberapa kali uji coba High Way atau jalan toll mengingat teknologi
ini masih belum sempurna untuk mengatasi gangguan yang terjadi dalam kota. Meskipun mobil ini masih berbasih prototype pasti besar harapan kita untuk mobil ini dapat segera dikomersialkan. Namun, masalah harus dihadapi jika mobil ini dikomersialkan adalah apa yang terjadi jika anda mengalami tabrakan menggunakan mobil autonomous? Siapakah yang harus bertanggung jawab secara hukum? Pengemudi? GPS? Produsen mobil? Google? Dan salah siapa itu? Sampai saat ini jawabannya belum kita ketahui.

Kemunculan mobil tanpa pengemudi tentu saja menimbulkan rasa khawatir akan terjadinya kecelakaan sehingga memaksa beberapa wilayah menerapkan undang-undang untuk mengizinkan mobil tanpa pengemudi berada di jalan raya. Pada bulan juli 2015 tercatat setidaknya 23 mobil tanpa pengemudi milik Google terlibat dalam 14 kecelakaan lalu-lintas ringan di jalan umum. Google mengklaim bahwa semua kasus kecelakaan tersebut bukan diakibatkan oleh mobil Google, melainkan oleh pengendara mobil lain.

Mungkin alasan belum beroperasi atau dipasarkannya mobil jenis ini bukan hanya seputar teknologi saja, namun juga sistem lalu lintas itu sendiri. Masih banyak yang perlu dilakukan agar dapat beradaptasi dengan model Self Driving Car atau Driver-less Vehicle diantaranya aturan berlalu lintas, infrastruktur jalan dan juga tabiat dari para pengguna jalan.

APAKAH BISA DITERAPKAN DI INDONESIA?

Bila di Amerika saja yang terkenal sebagai negara paling maju di muka bumi untuk urusan teknologi serta masyarakatnya yang telah memiliki kesadaran akan gaya hidup tertib mobil tanpa sopir ini masih belum dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari, bagaimana dengan di Indonesia? Tampaknya negara kita masih banyak berbenah diri lagi bila ingin
mengadospi sistem mobil tanpa SIM itu terutama habbit atau karakter masyarakatnya dalam mematuhi aturan berlalu lintas.

Mobil ini sangat membantu untuk mereka yang tidak dapat menyetir dengan kecanggihan tanpa supir hanya memprogram saja, tapi untuk apa jika si mobil ini hanya akan menambah kemacetan apalagi di Jakarta. Walaupun bisa menambah kemacetan di Jakarta setidaknya dengan adanya Self-Driving Car ini dapat mengurangi polusi mengingat mobil menggunakan bahan bakar listrik, selain itu dapat mengurangi angka kecelakaan karna pada umumnya orang Indonesia masih banyak yang melanggar lalu lintas seperti ugal ugalan, menyetir dengan keadaan tidak sadar (mengantuk, meminum alkohol bahkan Narkoba)

KESIMPULAN

Sampai saat ini, penelitian mobil autonomous telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Untuknya, diperlukan dukungan lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengembangkannya lebih lanjut, terutama dari segi finansial dan hukum.

Google Sel-Driving Car merupakan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence), dimana mesin (Computer) dapat melakukan pekerjaan sebaik bahkan selayaknya Manusia.

Sumber Referensi:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar